Minggu, 28 Februari 2010

kebudayaan asli daerahku

KEBUDAYAAN ASLI DERAHKU

Budaya yang terdapat di indonesia sangatlah banyak dan beranekaragam.berhubung saya dan keluarga berasal dari Yogyakarta,saya akan membahas sedikit tentang budaya yang terdapat di kota yang berjulukan kota pelajar tersebut.
Yogyakarta kota ini menyimpan sejarah yang panjang tentang budaya , disinilah sampai kini masih kita lihat bagaimana budaya jawa masih di peagang teguh oleh warganya, yoyakarta adalah kota yang memiliki cirri khas yang sampai sekarang masih dipimpin oleh seorang raja yang begitu dihormati dan dicintai warga yogyakarta, keraton yogyakarta menjadi simbol kota ini, yang dipimpin oleh seorang sultan yaitu sultan hamengkubuwono ke X, di kota inilah sebenarnya budaya jawa berkembang dan menyebar keseluruh pulau jawa, disinilah tumbuh berbagai macam kebudayaan jawa yang sampai sekarang masih dijaga dan dilestarikan antara lain batik, wayang kulit, tari tarian, ketoprak, dll. keraton yogyakarta sebagai simbol budaya mempunyai peranan sangat penting akan berkembangya budaya jawa di Yogyakarta serta keramah-tamahan warganya menyimpan sejuta makna dan pesona.
Saya akan membahas budaya atau kesenian wayang kulit. Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah milenium. Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan masuknya Islam Jawa. Salah satu anggota Wali Songo menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Beber yang berkembang pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam, sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana orang hanya bisa melihat bayangan.
Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut penghibur publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk, sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa.
Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-orangan yang sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai bayangan di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak sebagai pencahayaan yang membantu pemantulan orang-orangan yang sedang dimainkan.
Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Ragam lakon terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon carangan, lakon gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan pada lakon carangan hanya garis besarnya saja yang bersumber pada perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan sepenuhnya bersifat lepas.
Cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga terdapat buku-buku yang memuat lakon gubahan dan karangan yang selama ratusan tahun telah disukai masyarakat Abimanyu kerem, Doraweca, Suryatmaja Maling dan sebagainya. Diantara semua kitab tua yang dipakai, Kitab Purwakanda adalah yang paling sering digunakan oleh dalang-dalang dari Kraton Yogyakarta. Pagelaran wayang kulit dimulai ketika sang dalang telah mengeluarkan gunungan. Sebuah pagelaran wayang semalam suntuk gaya Yogyakarta dibagi dalam 3 babak yang memiliki 7 jejeran (adegan) dan 7 adegan perang. Babak pertama, disebut pathet lasem, memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang yang diiringi gending-gending pathet lasem. Pathet Sanga yang menjadi babak kedua memiliki 2 jejeran dan 2 adegan perang, sementara Pathet Manura yang menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3 adegan perang. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang pada setiap pagelaran wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-guyonan khas Jawa.
Ya itulah sedikit penjelasan tentang kesenian budaya wayang kulit yang berasal dari Yogyakarta.saya berharap kesenian budaya ini tidak hilang bahkan dapat dijaga dan di lestarikan bahkan kalau bias di kembangkan sehingga budaya kita ini dapat di kenal dan di nikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di dalam maupun di luar negeri.

Reference : http://www.yogyes.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar