PADI SEBAGAI TANAMAN TRANSGENIK YANG DAPAT MENGUNTUNGKAN
Berbagai jenis padi telah dapat diperoleh melalui transaksi gen yang terjadi selama pemulia tanaman melakukan seleksi untuk sifat-sifat
beras yang diinginkan.
singkat, ada yang tahan wereng dan berbagai penyakit, ada yang nasinya
pulen, ada pula yang pera dan sebagainya. Meskipun demikian, sampai
saat ini masih belum ditemukan tanaman padi atau kerabatnya yang
dapat disilangkan yang mengandung provitamin A di dalam endosperma
biji padi. Oleh karena itu, proses pemuliaan tanaman tradisional
akan sulit sekali atau hampir tidak mungkin menghasilkan beras yang
endospermanya mengandung provitamin A. Padahal provitamin A merupakan
senyawa penting untuk mengatasi masalah rabun senja dan kebutaan
total yang berhubungan karena kekurangan senyawa ini. Masalah defisiensi
vitamin A merupakan salah satu masalah gizi utama di negara-negara
anak di seluruh dunia menderita kekurangan vitamin ini. Oleh karena
beras merupakan diet utama sebagian besar orang
provitamin A dalam beras akan sangat banyak membantu masalah kesehatan
masyarakat yang serius ini.
Tanaman padi transgenik pada dasarnya merupakan hasil upaya pemuliaan
dari yang asalnya tidak menghasilkan provitamin A menjadi tanaman
yang menghasilkan pro vitamin A pada endosperma bijinya. Apakah tanaman
transgenik ini berbahaya bagi kesehatan manusia, di samping keunggulannya
menghasilkan provitamin A? Apakah akan menjadi tanaman monster yang
akan merusak keanekaan hayati dan menghancurkan ekosistem setempat?
Apakah riset mengenai produk transgenik semacam ini perlu didukung
atau ditolak? Sebagai konsumen, ada segudang pertanyaan dan keinginan
untuk mendapatkan penjelasan yang dapat dipercaya mengenai berbagai
macam tanaman transgenik yang mulai atau sudah ada di pasar, kebun,
atau sawah. Namun penjelasan itu hendaknya memungkinkan konsumen
untuk menentukan pilihannya secara bebas. Bukan untuk menggiringnya
pada suatu pendapat tertentu. Sedangkan bagi para pengambil kebijakan
diharapkan dapat memberikan jaminan bahwa produk tersebut tidak saja
aman baik dari segi kesehatan maupun dampaknya terhadap lingkungan,
tetapi dapat lebih menguntungkan petani baik secara teknis maupun
ekonomis.
Contoh Tanaman-tanaman yang di kembangkan
1. Tanaman transgenik tahan terhadap garam di India Dalam rangka memperluas area pertanian di daerah pesisir pantai, saat ini di
2. Program Bioteknologi Padi di Costa Rica
Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi oleh lebih dari setengah jumlah penduduk dunia. Di Costa Rica seperti juga di
Selain itu, pendekatan bioprospeksi untuk gen-gen bakteri yang memiliki aktivitas sebagai insektisida yang diisolasi dari berbagai mikroba seperti Bacillus thuringiensis, Photorhabdus spp dan Xenorhabdus spp. Gen-gen yang telah diisolasi dapat disisipkan pada genom padi secara rekayasa genetika. Juga telah dilakukan karakterisasi genetika baik pada padi liar maupun padi hasil budi daya untuk menentukan sumber resistensi pada Magnaporthe grisea.
Transformasi yang pertama kali dilakukan adalah untuk membuat kultivar tahan terhadap RHBV dengan
menggunakan gen coat protein dari virus dan versi modifikasi dari gen tersebut yang apabila diekspresikan pada tanaman akan menginduksi ketahanan atau resistensi terhadap virus. Upaya untuk membuat tanaman tahan terhadap belalang yang merupakan vektor dari RHBV dilakukan dengan menyisipkan gen lectin. Diharapkan didapat tanaman yang memiliki dua tingkat resistensi yaitu tahan terhadap virus dan vektornya. Selain dari hal tersebut, beberapa gen juga telah ditransfer pada kultivar padi yaitu gen ketahanan terhadap blast Xanthomonas oryzae, dan proteinase inhibitor untuk ketahanan terhadap serangga. Demikian juga gen-gen untuk ketahanan terhadap kekeringan dan salinitas akan disisipkan kepada padi.
Upaya juga dilakukan untuk mengkarakterisasi gene pool padi liar untuk meningkatkan hasil. Penyilangan
interspesifik antara padi liar O. rufopogon telah meningkatkan hasil sampai 20%. Juga gen Xa21 dari O.
longistaminata telah di klon dan diintroduksikan pada genom padi dan meningkatkan ketahanan pada Xanthomonas oryzae.
Penelitian pada Program Bioteknologi Padi Costa Rica juga meliputi penelitian untuk mengidentifikasi, dan
mengkarakterisasi secara molekuler kerabat dekat padi yang asli dari Costa Rica. Tiga populasi dari empat populasi padi asli Amerika Selatan dijumpai tumbuh di Costa Rica yaitu Oryza latifolia, O. grandiglumis, O. glumaepatula.
Selain itu dua jenis kerabat padi yang bukan asli Amerika Selatan dan telah dianggap sebagai gulma di Costa Rica seperti Oryza rufipogon dan O. glaberrima juga kemungkinan mengandung sumber genetik yang berguna untuk perbaikan tanaman padi.
Oryza latifolia adalah spesies padi tetraploid dengan genom CCDD. Beberapa tanaman dari spesies ini diketahui mengandung sifat-sifat agronomis yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti ketahanan terhadap kekeringan dan salinitas, dan pembungaan yang lebih awal.
O. grandiglumis adalah kerabat padi yang paling banyak dimanfaatkan untuk perbaikan tanaman karena diyakini memiliki gen ketahanan terhadap M. grisea.
3. Tanaman tahan serangga
Tanaman tahan serangga merupakan hasil penyisipan gen Bacillus thuringiensis (Bt) yang diketahui bersifat sebagai insektisida alami ke dalam tanaman pertanian. Bt memiliki kemampuan untuk menghancurkan dinding pencernaan jenis serangga Lepidoptera dan aman terhadap serangga lainnya, burung, mamalia dan manusia. Saat ini telah di budidayakan tanaman jagung, kapas, kedelai, kentang dan berbagai jenis tanaman hortikultura yang mengandung gen Bt. Selain itu juga penelitian sedang dikembangkan untuk mendapatkan tanaman padi dan berbagai tanaman keras yang mengandung gen Bt.
4. Tanaman transgenik dengan gen perlindungan terhadap gulma
Pengendalian gulma dalam pertanian merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Gulma bersaing dengan tanaman pertanian untuk mendapatkan air, nutrisi, dan cahaya matahari. Selain itu gulma merupakan tempat dari sumber penyakit dan sarang dari hama tanaman. Penggunaan herbisida telah digunakan dan sangat efektif dalam mengendalikan gulma. Gen ketahanan terhadap herbisida glifosat dan glufosinat telah dikarakterisasi dan gen-gen tersebut telah disisipkan pada berbagai tanaman budi daya seperti kedelai, jagung, kapas, dan padi.
Analisa keamanan tanaman transgenik Sebelum suatu tanaman transgenik dapat dikomersialisasikan, tanaman-tanaman tersebut harus terlebih dahulu dikaji keamanan hayatinya dengan menggunakan pedoman pengkajian yang telah diakui oleh badan-badan independen seperti Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Food and Health Organization (FAO) dan World and Health Organization (WHO) dari PBB serta International Life Science Institute (ILSI).
Kajian untuk keamanan lingkungan tanaman transgenik meliputi ketahanan terhadap hama dan penyakit, kemungkinan terjadinya persilangan dengan kerabat liarnya, kemungkinan untuk menjadi lebih agresif dan kompetitif di alam dibandingkan dengan tanaman konvensional serta dampaknya terhadap organisme non target. Kajian untuk keamanan pangan tanaman transgenik meliputi analisa toksisitas, makromolekul yang dapat menyebabkan alergi dan kandungan nutrisi. Kriteria tersebut di atas ditujukan untuk mengetahui apakah tanaman transgenik memiliki kesepadanan substansial dengan tanaman konvensional.
aspek keamanan tanaman transgenik terhadap kesehatan
dan lingkungan. Bagian ini justru membutuhkan pemapar informasi yang
paling tidak memiliki dasar-dasar yang baik dalam biologi molekuler
atau rekayasa genetika, disamping ilmu lingkungan, sehingga dia dapat
menempatkan masalah ini dengan landasan sains yang kuat dan dapat
dipercaya. Apakah yang perlu diwaspadai dari segi keamanan produk
padi transgenik tersebut? Bila kita berusaha mengenal paling tidak
prinsip konstruksinya, maka kita bisa memberikan paparan informasi
yang lebih lengkap dan tidak tendensius. Darimana asal gen yang dipakai?
Bagaimana sifat dan akibat yang ditimbulkan dari ekspresinya pada
tanaman transgenik? Di mana lokasinya pada genom tanaman transgenik?
Jawaban dari tiga pertanyaan ini dapat memberikan gambaran awal tentang
aspek keamanan produk tersebut dan langkah lebih lanjut dalam rekomendasi
pelepasannya. Sebagai contoh, dari sisi fisiologi tanaman adanya
enzim-enzim untuk biosintesis ?-karoten (provitamin A) pada endosperma
padi akan mengambil sejumlah isopentenil difosfat (IPP), yaitu senyawa
intermediat untuk biosintesis ?-karoten dan sejumlah senyawa isoprenoid
penting lain di dalam sel seperti sterol, gibberellin, dan berbagai
macam senyawa turunan karotenoid lainnya (Sandmann, 1994). Bila kita
mau mempertanyakan secara ilmiah maka di sinilah salah satu hal penting
yang perlu didiskusikan. Apakah adanya phytoene synthase akan mengurangi
jumlah IPP di dalam endosperma? Bila demikian apakah pengaruhnya
pada kebugaran tanaman? Meskipun mungkin jawab dari pertanyaan ini
masih belum sepenuhnya dapat dipenuhi, tetapi kita dapat mencoba
melihat kemungkinan apa yang paling beralasan dari data-data biokimia
biosintesis isoprenoid pada tanaman. Sedangkan anggapan bahwa tanaman
padi provitamin A itu akan menjadi tanaman raksasa atau monster merupakan
kekawatiran emosional yang berlebihan, karena, meskipun kita tidak
dapat menutup kemungkinan suatu fantasi menjadi realitas, dari segi
ilmiah kejadian tersebut sangat tidak mungkin terjadi (Russo and
Cove, 1995) .
KESIMPULAN
Keanekaragaman sumberdaya genetik tanaman pangan dan pertanian merupakan bagian dari megabiodiversity yang dimiliki Indonesia, yang pemanfaatan dan pelestariannya harus dapat dijaga keberlanjutannya.Traktat Internasional Sumberdaya genetik tanaman pangan dan pertanian merupakan perangkat internasional yang mewadahi satu keinginan bersama untuk dapat menjaga pemanfaatan sumberdaya dan pembagian keuntungan secara adil dan merata dan melestarikannya bagi generasi masa depan dan kelanjutan pertanian dan keamanan pangan.Tanaman transgenik yang saat ini telah dikembangkan untuk tujuan komersil sebelumnya telah melalui pengujian keamanan hayati dan keamanan pangan sehingga dinyatakan aman terhadap lingkungan dan aman untuk dikonsumsi.Peran Bioteknologi dalam pertanian demikian luas dan cepat, sehingga perlu kehati-hatian dalam menangani produk rekayasa genetika (PRG) agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dan meminimalkan dampak negatifnya.
REFERENSI
Ari Try Purbayanto
Dr. Antonius Suwanto.
Endarwati. 2004. Keanekaragaman Hayati dan Konservasinya di Indonesia. Blogspot.
Kurniawan,H. 2005. Database Plasma Nutfah Tanaman Pangan Februari 205. BB-Biogen Online.
Hartiko, H. 2000. Dampak Bioteknologi terhadap Keselamatan Hayati dan Pertanian Tradisional. Makalah pada semiloka Nasional Konservasi Biodiversitas untuk Perlindungan dan Penyelamatan Plasma Nutfah. Surakarta.
Moeljopawiro, S. 2000. Bioteknologi untuk Pengelolaan dan Pemanfaatan Plasma Nutfah. Makalah pada semiloka Nasional Konservasi Biodiversitas untuk Perlindungan dan Penyelamatan Plasma Nutfah. Surakarta.
Somantri,I.H.,Hasanah,H, Thohari,M.,Nurhadi,A.,Orbani,I.N., Mengenal Plasma Nutfah. www.BB-Biogen.com
Slamet-Loedin,I.H.,E.Sukara., Pengembangan Balai Kliring Keamanan Hayati,di dalam www.bchindonesia.com